Ada beberapa sebab yang bisa membuat perut menjadi buncit. Di antaranya factor genetic yang berasal dari orangtua Anda, terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak dan berkalori tinggi, kurang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik, dan stress.
Tapi selain itu timbunan lemak juga bisa disebabkan pola makan yang tidak teratur. Melewatkan jam makan akan membuat Anda sangat lapar, sehingga Anda justru akan makan secara berlebihan. Namun ternyata, jika minum alcohol secara tidak terkendali, dan terlalu banyak mengkonsumsi produk diet juga bisa menjadi masalah karena justru akan menambah timbunan lemak yang pada akhirnya mengundang penyakit.
Apa sajakah penyakit yang bisa timbul akibat kelebihan lemak itu. Berikut ini kami rangkum 5 penyakit yang ditimbulkan oleh perut yang buncit.
1. Stroke
Stroke adalah salah satu penyakit yang sangat ditakuti di dunia ini. Di Amerika dan Eropa, penyakit ini menjadi penyebab kematian ketiga. Serangan stroke terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Kurangnya aliran darah dalam jaringan otak menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Bahkan ketika penderita bisa selamat dari kematian pun, yang terjadi adalah kelumpuhan anggota badan, hilangnya sebagian ingatan, atau kemampuan bicara.
Gejala penderita yang terkena stroke antara lain mati rasa atau rasa bebal mendadak, lemah, tidur terus, kejang, emosi berubah, kelumpuhan pada wajah atau anggota tubuh lain seperti lengan atau kaki pada sisi tubuh, gangguan penglihatan, gangguan bicara, gangguan daya ingat, gangguan keseimbangan, vertigo, terhuyung, sukar berjalan, tersandung ketika berjalan, gangguan orientasi tempat, waktu dan orang, gangguan menelan cairan atau makanan padat, mendadak pusing, nyeri kepala, pingsan, bahkan koma.
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan pembekuan darah adalah kondisi yang mengawali banyak kasus stroke. Aterosklerosis dipicu oleh tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan kurang olahraga. Obesitas juga dikaitkan dengan diet atau pola makan yang tinggi lemak, meningkatnya tekanan darah, dan kurang olah raga. Jadi, obesitas sekarang dianggap sebagai factor resiko sekunder yang dapat mengakibatkan stroke.
2. Fatty Liver Atau Perlemakan Hati
Penyakit lain yang bisa timbul akibat perut yang buncit atau obesitas adalah fatty liver atau perlemakan hati. Jika kita rajin menumpuk lemak dengan makan makanan yang tidak sehat dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik. Lama-lama liver Anda akan diselimuti dan dimasuki lemak. Biasanya penderita tidak mengetahui kalau menderita fatty liver dan baru mengetahuinya saat melakukan medical check up lengkap rutin atau saat melakukan pemeriksaan karena penyakit lain.
Liver merupakan organ tubuh yang vital karena memroduksi enzim dan hormone, metabolisme semua bahan yang masuk dalam tubuh, dan mengatur cairan tubuh. Namun, saying kita terkadang tidak begitu memedulikan kesehatan hati kita dengan melakukan gaya hidup yang tidak sehat.
Perlemakan hati terjadi karena lemak yang berlebih menumpuk di dalam sel liver atau hati. Sebenarnya merupakan hal yang normal bagi hati untuk mengandung sejumlah lemak, asalkan jumlahnya tidak melebihi 10 persen dari berat hati itu sendiri. Kalau jumlahnya sudah melewati batas, itulah tanda-tanda hati mengalami perlemakan. Jika tidak segera ditangani, bisa mengakibatkan komplikasi yang serius.
3. Penyakit Jantung
Penyakit jantung merupakan salah satu jenis penyakit mematikan yang banyak diderita orang di seluruh dunia. Tak sedikit orang yang meninggal dunia karena penyakit ini. Resiko serangan jantung, gagal jantung,kematian mendadak, ataupun nyeri dada akibat penyakit jantung meningkat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas juga dikaitkan dengan tekanan darah tinggi kadar trigliserida yang tinggi, dan penurunan kolesterol HDL yang merupakan kolesterol baik. Dan ternyata orang yang memiliki berat badan berlebihan memiliki resiko terkena serangan jantung walaupun tidak memiliki riwayat menderita penyakit jantung.
Orang yang obesitas biasanya akan mengalami gangguan pada pompa jantungnya, sehingga fungsi pompa jantung yang seharusnya normal, kualitasnya semakin menurun. Ada fakta yang menunjukkan bahwa obesitas dapat menyebabkan penebalan dinding ventrikel kiri jantung. Penebalan dinding ini lama kelamaan akan memicu masalah pada jantung.
Obesitas juga berhubungan dengan sindrom metabolix, yaitu gangguan metabolisme yang dapat menyebabkan kelamin sel lemak serius. Sel-sel ini akan mengumpulkan sejumlah besar molekul lemak, sehingga akan membuat luas permukaan dari arteri dan vena menjadi lebih sempit. Akibatnya, aliran darah dari dan ke jantung akan berkurang, yang membuat organ tersebut bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini memicu terjadinya kondisi fatal yang disebut dengan serangan jantung.
4. Kanker
Para ahli memperingatkan bahwa kegemukan bisa mengundang munculnya kanker. Satu dari dua belas kasus membuktikan, kegemukan menjadi penyebab kanker. Para peneliti memang belum menemukan alasan spesifik kenapa kegemukan bisa meningkat resiko kanker, tapi diduga hal itu berhubungan dengan hormone. Kegemukan meningkatkan estrogen dan hormone lain penyebab kanker usus.
Semakin gemuk seseorang, maka dia menghasilkan lebih banyak hormone seperti estrogen yang membantu tumor berkembang. Orang yang memiliki perut buncit juga memiliki lebih banyak asam di dalam perutnya, yang bisa memicu kanker perut, intestine, atau esophagus.
Pada wanita, perut buncit juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker endometrium atau kanker lapisan rahim. Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
Wanita yang mengalami peningkatan berat badan lebih dari 10 kg dari usia 18 tahun sampai usia paruh baya meningkatkan resiko terhadap kanker payudara pascamenopause sebesar 2x lipat dibandingkan dengan wanita yang berat badannya tetap stabil.
Oleh karena itu, ketika jarum timbangan merangkak semakin tinggi, itu merupakan lonceng bagi kita untuk meningkatkan diri sendiri untuk segera beralih ke pola hidup sehat dan meninggalkan kebiasaan yang bisa memacu pertumbuhan berat badan.
5. Diabetes Melitus Tipe 2
Ketika Anda mulai bermasalah dengan berat badan yang terus naik, sebaiknya Anda segera berusaha menurunkannya. Jangan sampai berat badan Anda terlanjur tidak terkontrol dan semakin membengkak. Kenaikan berat badan sebesar 5 hingga 10 kg dari berat badan yang sehat akan meningkatkan resiko seseorang terkena diabetes mellitus tipe 2 sebesar 2x lipat daripada orang yang tidak mengalami kelebihan berat badan. Lebih dari 80 persen penderita diabetes diketahui mengalami kelebihan berat badan ataupun obesitas.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan diabetes yang hanya diderita orang dewasa akibat kelebihan berat badan. Berbeda dengan penderita diabetes mellitus tipe 1 yang biasanya diderita anak-anak, maka penderita diabetes mellitus tipe 2 bisa meghasilkan insulin. Meskipun demikian, jumlah insulin yang diproduksi tidak mencukupi karena ada komplikasi-komplikasi yang disebabkan oleh obesitas, misalnya tingginya kadar lemak darah, baik kadar kolesterol, maupun trigliserida. Kondisi inilah yang dinamakan resistensi insulin.
Pankreas mampu memproduksi insulin, tapi sel tubuh tak bisa menyerap gula darah yang dibutuhkan. Oleh karena itu, terjadilah poliuri atau sering buang air kecil dalam volume banyak, polidipsi atau sering meras haus, dan polifagi atau sering merasa lemas.
Jumlah pengidap diabetes di Indonesia diprediksi akan mencapai 21 juta jiwa pada tahun 2025. Itu yang membuat Indonesia menempati peringkat 4 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Survey terhadap pengidap diabetes di Jakarta menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang menidap diabetes, baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota maupun desa, memilikik resiko diabetes yang sama. Dan sebagian besar orang yang memiliki perut buncit atau obesitas.